1.1. Pengertian Gunung Api
Menurut
Bates and Jackson (1987), gunungapi adalah suatu jalan keluar atau lubang
permukaan bumi yang dilalui oleh magma dan gas serta debu hingga bongkah hasil
erupsi. Bentuk atau strukturnya pada umumnya seperti kerucut yang dihasilkan
oleh material yang dikeluarkan dari dalam bumi.
1.2.
Perbedaan Erupsi Efusif, Eksplosif, dan Campuran
1.2.1. Erupsi Efusif
Erupsi efusif merupakan erupsi yang terjadi
karena letak dapur magma yang dangkal, volume gas yang kecil, dan juga magma
yang bersifat basa. Erupsi efusif ini dicirikan oleh pengeluaran lava menuju ke
permukaan Bumi yang terkadang disertai dengan terjadinya letusan eksplosif yang
kecil.
Proses
Terjadinya Erupsi Efusif
erupsi
efusif terjadi melalui beberapa tahapan
antara lain sebagai berikut:
· - Terdapat magma yang
mengandung S1O2 dengan kadar yang rendah dan hal ini menyebabkan gas akan
mengembang dengan mudah.
· - Ketika magma telah
mencapai permukaan Bumi maka gelembung gas akan mengembang dengan cepat
menyesuaikan tekanan pada atmosfer.
· - Gelembung gas yang
mengembang ini selanjutnya akan pecah dan menyebabkan terjadinya erupsi non
eksplosif (efusif) yang berupa aliran lava.
1 1.2.2. Erupsi Eksplosif
Erupsi eksplosif merupakan erupsi yang terjadi
apabila letak dapur magma yang dalam, kemudian terdapat volume gas yang besar,
dan juga magma yang bersifat masam. Erupsi eksplosif ini merupakan proses
keluarnya magma menuju ke permukaan Bumi dengan tekanan gas yang sangat kuat
sehingga menimbulkan letusan atau ledakan
Proses
Terjadinya Erupsi Eksplosif
Terjadinya erupsi eksplosif ini melalui beberapa
proses. Berikut merupakan tahapan terjadinya erupsi eksplosif:
· -Terdapat magma yang
mengandung S1O2 dengan kadar yang tinggi (viskositas tinggi), dan kemudian
gelembung gas akan sulit mengembang karena adanya tekanan gas yang bekerja
dalam gelembung gas.
· - Ketika magma mencapai
permukaan Bumi, maka gelembung gas tadi akan mempunyai tekanan yang tinggi.
· -Gelembung gas yang
mempunyai tekanan tinggi tadi selanjutnya akan bisa meledak dengan eksplosif
dan menyesuaikan tekanan pada atmosfer.
· -Kemudian dalam perjalanan
magma ke atas, pembentukan gelembung gas tadi akan menyebabkan terjadinya
fregmentasi pada liquid yang ada di sekitarnya yang pada akhirnya akan
dierupsikan sebagai material piroklastik pada saat terjadi erupsi eksplosif
1.2.3.
Erupsi Campuran
Erupsi campuran ini merupakan erupsi yang terjadi
karena adanya variasi letak dapur magma, volume gas dan juga sifat dari magma
yang tidak asam dan juga tidak basa (intermedier). Erupsi- erupsi volkan yang
sering terjadi di Indonesia sebagian besar merupakan erupsi yang bertipe
campuran dengan material intermedier yang cenderung bersifat basa. Bentuk
volkan yang dihasilkan dari erupsi ini adalah strato atau kerucut.
1.3. Tipe – Tipe Erupsi Gunungapi
Berdasarkan atas tingkat aktivitas, sifat
ledakan, dan komposisi materi sebaliknya (Olilier, 1969)
1.3.1. Gunungapi tipe Iceland
Gunungapi ini memiliki sifat-sifat, erupsi celah
dominan dan menerus, eruspi yang tenang menimbulkan banjir lava basalt sangat
luas membentuk dataran lava horizontal, dapat terbentuk kerucur-kerucut kecil
disepanjang celah. Erupsi yang sangat besar ini tercatat dalam sejarah Laki,
Iceland 1783.
1.3.2. Gunungapi Tipe Hawai
Gunungapi yang mempunyai ciri-ciri: magma
basaltic sama seperti Tipe Iceland tetapi keluar melalui kawah sentral.
Pancaran api semburan lava yang berulangkali membentuk bukit scoria kecil.
Dihasilkan sedikit gas dan tephra. Dihasilkan lava berbuih yang meluas di
sepanjang lereng landau sampai beberapa kilometer jaraknya dari pusat bumi.
1.3.3. Gunungapi Tipe Stromboli
Tipe erupsi lebih kuat disbanding dengan tipe
Hawai, magma bersifat basltiik. Fragmen batuan piroklastik lebih banyak
daripada kandungan pada tipe hawai. Ledakan ringat, teratur, interval pendek.
Erupsi kadang-kadang diselingi oleh lelehan lava sehingga terjadi deposit
volkanikyang terdiri dari perselingan lava dan tefra. Erupsi pada umumnya
ditandai oleh awan putih terdiri dari uap yang kelauar dari uap yang keluar
dari kawah.
1.3.4. Gunungapi Tipe Vulkano
Lava lebih kental dan membeku lebih cepat.
Ledakan yang keras dapat merusakkan struktur volkanik yang sudah terbentuk.
Erupsi menghasilkan banyak debu volkanik berupa awan gelap berbentuk
cauliflower. Jika tidak terbentuk lava, maka fragmen yang keluar seluruhnya
terdiri dari fragmen batuan tua.
1.3.5. Gunungapi Tipe Vesuvius
Ledakannya lebih keras daripada tipe volcano dan
Stromboli. Awan debu volkanik terlempar sangat tinggi dan tersebar luas, tampak
terang pada malam hari.
1.3.6. Gunungapi Tipe Plinian
Ledakan ekstrem keras, lebih keras daripada tipe
Vesuvius, debu volkanik yang terhambur cukup banyak hingga mengubur kota
Pompei. Debu volkanik yang panas pijar menimbulkan cahaya api seterang kilat
dan setelah padam menimbulkan kegelapan yang lebih gelap daipada gelapanya
malam hari. Uap gelap tebal merupakan base surge yang bergulung-gulung di
permukaan bumi bagaikan air bah.
1.3.7. Gunungapi Tipe Pelee
Ledakan sangat keras, magma sangat kental,
sejumlah pumis dierupsi sangat cepat, magma bersifat menengah hingga asam.
Nuees Ardentes (awan debu panas pijar) merupakan karakterisitik tipe ini. Awan
debu terupsi secara lateral.
1.3.8. Gunungapi Tipe St. Vincent
Lava kental, tekanan gas sedang. Kemudian awan
debu terupsi secara vertical. Didalam kawah pada saat ledakan terdapat air,
ditumpahkan keluar, contoh gunung tipe ini yaitu Gunung Kelud
1.3.9. Gunungapi Tipe
Merapi
Lava cair pijar, tekanan gas rendah, awan panas
pijar merupakan karakteristik tipe ini. Sumbat lava yang menutup lubang erupsi
dapat hancur karena ledakan dan menjadi bahan piroklastik atau awan panas. Awan
debu mengalir secara lateral pada lereng kubah cembung.
1.3.10. Gunungapi Tipe Krakatau
Erupsi paling hebat setelah masehi, yaitu ledakan
Gunung Krakatu pada 1883. Suara ledakan terdengar dari jarak 150 km pada tanggal 20 mei 1883. Ledakan pada
tanggal 27 agustus 1883 terdengar di seluruh wilayah seluas ±7% dari permukaan
bumi, dan di Pulau Rodriguez yang jaraknya 4.750 km. Abu gunungapi mencapai
ketinggian 50 km di atas permukaan bumi.
1.4. Bentuk – Bentuk Gunungapi
1.4.1. Gunungapi Berlapis (Strato Volcano)
Strato artinya
lapisan, oleh karena badan gunung api ini terdiri dari lapisan lapisan lava
yang bercampur dengan hasil-hasil vulkanis lainnya seperti debu, pasir,
kerikil, dan bom. Campuran yang dikandungnya memungkinkan endapan pada lereng
gunung berlapis-lapis sehingga gunung api semakin tinggi menjulang keatas. Pembentukan stratovolcano ini
terjadi di zona subduksi. Di Indonesia gunung api strato paling banyak
dijumpai.
Gunung api strato selain berciri
bentuknya seperti kerucut juga memiliki ciri-ciri sebagai berikut :
- Berbentuk akibat erupsi yang berganti-ganti
antara efusif dan eksplosif, sehingga memperlihatkan batuan beku yang
berlapis-lapis pada dinding kawahnya
- Mengalami letusan yang berkali-kali, dengan dapur magma yang dalam dan viskositas serta kekentalan magma tinggi
1.4.2.
Gunungapi Maar
Kata
maar berasal dan bahasa Jerman yang berarti “kawah”. Maar terjadi karena
letusan gunung berapi hanya terjadi satu kali. Setelah itu aktivitas vulkanik
berhenti sama sekali. Akibat letusan tersebut, sebuah lubang berbentuk corong
besar, yang dikelilingi tebing berombak jika terjadi erupsi. Jika dasar dan
dinding maar tidak bisa ditembus oleh air, maká membentuk danau yang disebut
danau maar. Namun, ada juga maar kering karena jenis tanah pada dasarnya tidak
bisa menahan air. Bentuk gunung api ini memiliki ciri-ciri:
- Gunung api ini terbentuk karena ada letusan besar
yang membentuk lubang besar atau eksplosif pada puncak yang disebut kawah.
- Bentuk gunung api ini, sekali meletus dengan
eksplosif, maka menjadi gunung api yang mati
- Memiliki dapur magma yang dangkal dengan tekanan
yang tinggi
- Gunung api ini memiliki corong. Contohnya Gunung
Lamongan Jawa Timur dengan kawahnya Klakah
1.4.3. Gunungapi Kubah
(Dome)
Kadang juga disebut sebagai “kubah-sumbat (plug-dome )“,
terbuat dari lava kental mengandung asam yang keluar saat terjadi letusan. Lava
ini mengisi lubang kawah di bagian puncak gunung. Lava yang mengeras pada kawah
ini dapat menurup lubang pada dinding gunung, dan ini dapat mengakibatkan
terjadinya ledakan. Lava ini mengisi lubang kawah di bagian puncak gunung.
Gunung-api Kubah umumnya memiliki sisi yang curam dan bentuk cembung. Ciri :
Akumulasi vikositas tinggi, contoh Puncak Lassen di
Sierra Nevada dan gunung Pelee di Martinique
1.4.4. Gunungapi Perisai (Shield Volcano)
Gunungapi tipe perisai bukan terbentuk dari adanya letusan,
melainkan lebih karena adanya aliran lava basal bersifat tipis dan
basah. Tersusun dari batuan aliran lava yang pada saat diendapkan masih
cair, sehingga tidak sempat membentuk suatu kerucut yang tingggi ( curam ),
bentuknya akan berlereng landai, dan susunannya terdiri dari batuan yang
bersifat basaltik. Gunung api
perisasi atau sering diekanl dengan gunung api tameng, memiliki ciri-ciri:
- Gunung api ini terjadi karena magma cair keluar dengan
tekanan rendah hampir tanpa letusan atau letusan efusif.
- Dapur magma dangkal dengan magma yang sangat cair
- Lereng yang terbentuk menjadi sangat landai.
Contoh
bentuk gunung berapi ini terdapat di kepulauan Hawai, Mauna
Loa dan Mauna Kea.
1.5.
Pengertian Kawasan Rawan Bencana (KRB) Gunungapi
Kawasan
Rawan Bencana (KRB) merupakan tingkat kerawanan bencana suatu daerah apabila
terjadi letusan/kegiatan gunungapi. KRB ini menjelaskan tentang jenis dan sifat
bahaya gunungapi, daerah rawan bencana, arah/jalur penyelamatan diri, lokasi
pengungsian dan Pos Penanggulngan Bencana. Gunungapi.
1.6. Pembagian Zona KRB Gunungapi
Kawasan Rawan Bencana I
Kawasan
Rawan Bencana I adalah kawasan yang berpotensi terlanda lahar/banjir. Selama
letusan membesar, kawasan ini berpotensi tertimpa material jatuhan berupa hujan
abu lebat dan lontaran batu (pijar). Kawasan ini dibedakan menjadi dua, yaitu:
1. Kawasan
rawan bencana terhadap aliran lahar/banjir. Kawasan ini terletak di sepanjang
sungai / di dekat lembah sungai atau di bagian hilir sungai yang berhulu di
daerah puncak.
2. Kawasan
rawan bencana terhadap jatuhan berupa hujan abu tanpa memperhatikan arah tiupan
angin dan kemungkinan dapat terkena lontaran batu (pijar).
Kawasan Rawan Bencana II
Kawasan
Rawan Bencana II adalah kawasan yang berpotensi terlanda awan panas, mungkin
aliran lava, lontaran batu, guguran, hujan abu lebat, umumnya menempati lereng
dan kaki gunungapi. Kawasan ini dibedakan menjadi dua yaitu
1. Kawasan
rawan bencana terhadap aliran masa berupa awan panas, aliran lava, guguran batu
(pijar), meliputi lembah-lembah sungai yang berhulu di sekitar puncak dan dapat
mencapai radius 10 km dari pusat erupsi.
2. Kawasan
rawan bencana terhadap material lontaran dan jatuhan seperti lontaran batu
(pijar), hujan abu lebat. Daerah ini meliputi radius 5 km dari pusat erupsi,
yang umumnya terdiri atas hutan alam dan hutan lindung.
Kawan Rawan Bencana III
Kawasan
Rawan Bencana III adalah kawasan yang sering terlanda awan panas, aliran lava,
lontaran bom vulkanik. Pada Kawasan Rawan Bencana III tidak diperkenankan untuk
hunian tetap dan penggunaan bersifat komersial. Pernyataan daerah tidak layak
huni diputuskan oleh pimpinan Pemerintah Daerah atas rekomendasi dari Pusat
Vulkanologi dan Mitigasi Bencana Geologi. Kawasan ini meliputi daerah puncak
dan sekitarnya dengan radius 3 km dari pusat erupsi,.